Wednesday, January 7, 2009

5 Kelebihan "Bikeable City"

Diambil dari essai Professor Barnett dalam perkuliahan Theory and Principles of Urban Design’ di University of Pennsylvania.

Sistem Transportasi tentu mempengaruhi desain ruang kota. Kita dapat membandingkan antara kota pinggiran yang tumbuh alami dengan kota-kota yang memiliki pertumbuhan pedestrian dan public transit yang baik, seperti Portland dan Seattle, untuk melihat perbedaan mencolok yang dibuat oleh perencana kota dalam mendesain wilayah mereka dengan mengubah fokus perencanaan dari yang berorientasi jaringan Highway (lebar >24 meter) menjadi perencanaan yang menghubungkan antar komunitas melalui jaringan yang walkable dengan efisiensi public transit.

Pengembalian ke ‘perencanaan kota tradisional’ dengan berorientasi pada akses pejalan kaki dan public transit telah digemborkan sebagai upaya untuk memperbaiki kesehatan publik, penghematan uang, pengembangan sosial kapital, peningkatan keberlanjutan lingkungan, penekanan kriminalitas dan pemberian solusi bagi kesejahteraan sosial.

Disamping itu, perencana kota perlu mempertimbangkan bahwa sepeda dapat menyelesaikan seluruh tujuan tersebut dengan lebih mudah dan dengan biaya yang lebih efektif daripada sistem perencanaan yang berorientasi pada pedestrian dan public transit. Kenyataannya, mengendarai sepeda lebih sehat, lebih murah, lebih bersih, lebih layak dan lebih cepat dari pada resep pedestrian (hanya saja ia lebih aman dan lebih bersosialisasi).

1. Olahraga, bersepeda tidak hanya lebih baik bagi kesehatan daripada berjalan kaki, ia juga secara umum diklaim sebagai suatu bentuk olahraga yang terbaik. Bahkan akhir-akhir ini kota yang walkable diklaim sebagai bagian dari jawaban bagi permasalahan obesitas di Amerika, tetapi sebuah kota dimana sepeda lebih disukai sebagai moda transportasi untuk perjalanan antara 1-8 km dilakukan dengan bersepeda, dapat diklaim tidak hanya signifikkan bagi obesitas tapi malah dapat mengeluarkannya dari obesitas. Olahraga bersepeda lebih banyak membangkitkan gerakan daripada berjalan kaki (faktanya bersepeda lebih banyak mengembangkan otot daripada kebanyakanan bentuk olahraga lainnya -diluar memanjat gunung dan renang) dan ia juga lebih rendah resikonya. Disamping itu, bersepeda lebih menyenangkan daripada berjalan kaki. Kota dengan perilaku bersepeda 8 km dan bersepeda ke tempat kerja setiap hari tidak akan sia-sia bagi revolusi kesehatan publik Indonesian.

2. Produktif; dalam hal biaya, bersepeda lebih murah daripada berjalan kaki. Sebagian orang mungkin berpikir bahwa “tidak ada biaya apapun untuk berjalan kaki” tetapi jangan lupa sejumlah besar keinginan untuk berbelanja muncul ketika berjalan kaki. Di sebuah kota baru yang walkable, pejalan kaki pada umumnya akan menyiapkan beberapa uang sesampainya di public transit. Pengalaman di Philadelphia, rata-rata dalam melakuan perjalanan pulang-pergi akan menghabiskan empat dollar. Jika perjalanan ini berlangsung tiap hari selama 3 bulan pengeluaran tersebut akan sangat terasa. Sedangkan dengan bersepeda ia dapat saving 361 dollar (+ Rp. 3.610.000)/hari darinya. Pejalan kaki di sebuah kota yang berorientasi pedestrian harus menerima biaya ini atau menghabiskan banyak waktu untuk berjalan kaki ke mana-mana.

3. Environmentally Sustainability: aktivis pejalan kaki juga mengklaim bahwa komunitas berorientasi pedestrian sesuai dengan skala keberlanjutan lingkungan. Kalimat ini tidak cukup jelas untuk dipahami tanpa dipikir panjang. Tetapi argumen yang nyata bagi komunitas yang berorientasi sepeda; bersepeda tidak hanya memotong kebutuhan kendaraan bermotor tapi juga kebuthan public transit. Secara umum konsumsi fosil menggerus atmosfir bumi kita dan merupakan aktivitas yang tidak berkelanjutan.

4. Berkeadilan: sistem berorientasi sepeda lebih berkeadilan daripada sistem berorientasi pedestrian. Public transit telah dikenal baik oleh sejarah sebagai alat untuk memperbaiki keadilan sosial; penelitian di Cleveland cukup jelas menunjukkan hal ini. Selain itu, transit sepeda menawarkan hemat biaya yang signifikan jika digunakan untuk memotong beberapa kebutuhan public transit. Tak pelak lagi, biaya infrastruktur untuk sepeda lebih sedikit (secara signifikan) daripada angkutan bermotor, bus atau kereta: sepeda hanya memakan seperduabelas dari ruang yang dibutuhkan satu mobil, dan juga jalur dan parkir areanya. Pembuatan sepeda juga lebih murah dari pembuatan kendaraan bermotor. Meskipun memang terdengar agak lugu, sistem perencanaan berorientasi sepeda menurut pengalaman dapat memotong biaya perawatan dan biaya pengembangan infrastruktur angkutan bermotor. Biaya tersebut dapat dialihkan untuk pelatihan kerja, pendidikan, dan program yang bermanfaat bagi keadilan sosial.

5. Lebih Cepat: setiap orang tau bahwa bersepeda lebih cepat daripada berjalan kaki, tetapi, menurut the Delaware Valley Regional Planning Commission, rata-rata pesepeda dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan 12,5 m/jam lebih cepat dari rata-rata pengendara mobil pada jam-jam sibuk di Philadelphia (<12>

1 comment:

Anonymous said...

hehe, ada yg kurang lid...
Bikin kurus, hehehe (eh , ada lah ya, yg fungsi olahraga :D)

eniwei, met ngeblog...