Wednesday, January 28, 2009

Mengupas Banjir Tahunan Sampang

Sampang Bahari, Sampang BAnjir setiap HARI….

Kalimat tersebut tentu sering didengar, bukan hanya oleh masyarakat Sampang, tapi juga oleh masyarakat

kabupaten lainnya di Madura. Memang, Sampang tidak bisa sepenuhnya berkelit dari julukan tersebut, karena ‘banjir’ seakan telah menjadi ‘hajatan’ tahunan bagi Kota Sampang.

Meskipun demikian, ‘banjir’ di Sampang tidak dapat disamakan dengan banjir-banjir di kota lainnya seperti di Jakarta yang disebabkan oleh faktor teknis manusia. Banjir Sampang lebih disebabkan oleh faktor-faktor geologi –alam, antara lain:

Rendahnya elevasi tanah

Beberapa lokasi, Kelurahan Rongtengah dan Kelurahan Dalpenang yang menjadi kawasan langganan banjir, merupakan lokasi dengan elevasi tanah terendah di Kota Sampang, yaitu rata-rata 2,7 meter dpl. Sehingga, bila permukaan Sungai Kemoning naik setinggi kurang lebih 2 meter saja, air sungai akan mengalir masuk ke selokan-selokan, dan jika berlanjut, air sungai meluap ke permukaan dan terjadi banjir.

Kecilnya angka kemiringan tanah

Kemiringan tanahdi kawasan tersebut hanya berkisar antara 0-4 derajat. Sehingga kecepatan aliran sungai lambat, tidak lebih dari 1,2 m/detik. Karenanya, apabila hujan turun deras dalam waktu yang lama di Sampang bagian utara (Kecamatan Robatal dan sekitarnya) dan debit hujan melampaui daya tampung sungai, ketinggian sungai akan segera naik dan meluap.

Jalur sungai berkelok

Jalur Sungai Kemoning yang berkelok-kelok semakin memperlambat kecepatan arus sungai. Banjir yang disebabkan oleh lambatnya aliran sungai menuju laut biasanya tidak akan berlangsung lama atau akan segera surut. Begitu pula halnya dengan banjir tahunan Sampang yang biasanya berlangsung selama tidak lebih dari 24 jam, hanya menunggu waktu, seperti yang biasa masyarakat setempat katakan; “Aenggah deggik la mole dhibik..”, airnya nanti akan pulang (surut) dengan sendirinya.

Lalu, Solusinyaa???

  1. Dapat dengan membangun bendungan untuk menadah air hujan di Kecamatan Robatal dan sekitarnya, supaya air hujan tidak terbuang mengalir ke Sungai Kemoning. Perlu disertai denga infiltrasi air hujan ke dalam tanah melalui busem dan penghijauan. Tentu ini butuh biaya yang tidak sedikit.
  2. Solusi yg terbilang ekstirim hingga merubah peta Kota Sampang, adalah dengan membuat jalan pintas untuk aliran sungai, yaitu memotong dan meluruskan jalur sungai yang berkelok. Cara ini telah banyak dilakukan di beberapa wilayah di Amerika. Tapi ini sepertinya akan sangat sulit untuk diterapkan, karena membutuhkan biaya dan pengorbanan yang besar dari masyarakat Sampang…

Wednesday, January 7, 2009

5 Kelebihan "Bikeable City"

Diambil dari essai Professor Barnett dalam perkuliahan Theory and Principles of Urban Design’ di University of Pennsylvania.

Sistem Transportasi tentu mempengaruhi desain ruang kota. Kita dapat membandingkan antara kota pinggiran yang tumbuh alami dengan kota-kota yang memiliki pertumbuhan pedestrian dan public transit yang baik, seperti Portland dan Seattle, untuk melihat perbedaan mencolok yang dibuat oleh perencana kota dalam mendesain wilayah mereka dengan mengubah fokus perencanaan dari yang berorientasi jaringan Highway (lebar >24 meter) menjadi perencanaan yang menghubungkan antar komunitas melalui jaringan yang walkable dengan efisiensi public transit.

Pengembalian ke ‘perencanaan kota tradisional’ dengan berorientasi pada akses pejalan kaki dan public transit telah digemborkan sebagai upaya untuk memperbaiki kesehatan publik, penghematan uang, pengembangan sosial kapital, peningkatan keberlanjutan lingkungan, penekanan kriminalitas dan pemberian solusi bagi kesejahteraan sosial.

Disamping itu, perencana kota perlu mempertimbangkan bahwa sepeda dapat menyelesaikan seluruh tujuan tersebut dengan lebih mudah dan dengan biaya yang lebih efektif daripada sistem perencanaan yang berorientasi pada pedestrian dan public transit. Kenyataannya, mengendarai sepeda lebih sehat, lebih murah, lebih bersih, lebih layak dan lebih cepat dari pada resep pedestrian (hanya saja ia lebih aman dan lebih bersosialisasi).

1. Olahraga, bersepeda tidak hanya lebih baik bagi kesehatan daripada berjalan kaki, ia juga secara umum diklaim sebagai suatu bentuk olahraga yang terbaik. Bahkan akhir-akhir ini kota yang walkable diklaim sebagai bagian dari jawaban bagi permasalahan obesitas di Amerika, tetapi sebuah kota dimana sepeda lebih disukai sebagai moda transportasi untuk perjalanan antara 1-8 km dilakukan dengan bersepeda, dapat diklaim tidak hanya signifikkan bagi obesitas tapi malah dapat mengeluarkannya dari obesitas. Olahraga bersepeda lebih banyak membangkitkan gerakan daripada berjalan kaki (faktanya bersepeda lebih banyak mengembangkan otot daripada kebanyakanan bentuk olahraga lainnya -diluar memanjat gunung dan renang) dan ia juga lebih rendah resikonya. Disamping itu, bersepeda lebih menyenangkan daripada berjalan kaki. Kota dengan perilaku bersepeda 8 km dan bersepeda ke tempat kerja setiap hari tidak akan sia-sia bagi revolusi kesehatan publik Indonesian.

2. Produktif; dalam hal biaya, bersepeda lebih murah daripada berjalan kaki. Sebagian orang mungkin berpikir bahwa “tidak ada biaya apapun untuk berjalan kaki” tetapi jangan lupa sejumlah besar keinginan untuk berbelanja muncul ketika berjalan kaki. Di sebuah kota baru yang walkable, pejalan kaki pada umumnya akan menyiapkan beberapa uang sesampainya di public transit. Pengalaman di Philadelphia, rata-rata dalam melakuan perjalanan pulang-pergi akan menghabiskan empat dollar. Jika perjalanan ini berlangsung tiap hari selama 3 bulan pengeluaran tersebut akan sangat terasa. Sedangkan dengan bersepeda ia dapat saving 361 dollar (+ Rp. 3.610.000)/hari darinya. Pejalan kaki di sebuah kota yang berorientasi pedestrian harus menerima biaya ini atau menghabiskan banyak waktu untuk berjalan kaki ke mana-mana.

3. Environmentally Sustainability: aktivis pejalan kaki juga mengklaim bahwa komunitas berorientasi pedestrian sesuai dengan skala keberlanjutan lingkungan. Kalimat ini tidak cukup jelas untuk dipahami tanpa dipikir panjang. Tetapi argumen yang nyata bagi komunitas yang berorientasi sepeda; bersepeda tidak hanya memotong kebutuhan kendaraan bermotor tapi juga kebuthan public transit. Secara umum konsumsi fosil menggerus atmosfir bumi kita dan merupakan aktivitas yang tidak berkelanjutan.

4. Berkeadilan: sistem berorientasi sepeda lebih berkeadilan daripada sistem berorientasi pedestrian. Public transit telah dikenal baik oleh sejarah sebagai alat untuk memperbaiki keadilan sosial; penelitian di Cleveland cukup jelas menunjukkan hal ini. Selain itu, transit sepeda menawarkan hemat biaya yang signifikan jika digunakan untuk memotong beberapa kebutuhan public transit. Tak pelak lagi, biaya infrastruktur untuk sepeda lebih sedikit (secara signifikan) daripada angkutan bermotor, bus atau kereta: sepeda hanya memakan seperduabelas dari ruang yang dibutuhkan satu mobil, dan juga jalur dan parkir areanya. Pembuatan sepeda juga lebih murah dari pembuatan kendaraan bermotor. Meskipun memang terdengar agak lugu, sistem perencanaan berorientasi sepeda menurut pengalaman dapat memotong biaya perawatan dan biaya pengembangan infrastruktur angkutan bermotor. Biaya tersebut dapat dialihkan untuk pelatihan kerja, pendidikan, dan program yang bermanfaat bagi keadilan sosial.

5. Lebih Cepat: setiap orang tau bahwa bersepeda lebih cepat daripada berjalan kaki, tetapi, menurut the Delaware Valley Regional Planning Commission, rata-rata pesepeda dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan 12,5 m/jam lebih cepat dari rata-rata pengendara mobil pada jam-jam sibuk di Philadelphia (<12>

Cara Mudah Bikin Model Kota

Membuat model kota, awalnya terbayang berbagai software modelling yang berat-berat (semisal AutoCad 3D, 3DSmax, Autodeskmap 3D, dll). Tapi sekarang, ini sudah jadi cerita jadul. Karena kita bisa membuat model kota dengan software GIS yang ringan-ringan dan gratisan, dan hasilnya WOHOOOO…

Kita hanya butuh software ArcView, SektchUp dan Gogle Earth. Percaya???

Gambaran proses kerjanya begini:

  1. Buat peta persil di ArcView wilayah yang akan kita garap. Tentu sebelumnya ordinat peta harus diregistrasikan pada lokasi yang sebenarnya.

  2. Setelah itu peta persil diexport-import ke SketchUp. Pada SketchUp peta persil di extrude menurut ketinggian masing-masing bangunan sehingga kita dapatkan blok 3D.

  3. Masih di program SketchUp, pasangkan foto wajah bangunan eksisting (sebagai material) pada masing-masing sisi blok 3D bangunan. Bisa juga kita tambahkan berbagai component kota (orang, kendaraan pohon, dll) untuk menambah kesan riil.

  4. Setelah semua model selesai dibikin, selanjutnya buka Gooele Earth (bersama dengan SketchUp), zoom ke lokasi wilayah garapan kita. Kembali ke SketchUp, klik tool ‘place model’, dan taraaa.. model kota yang sudah kita buat otomatis terpasang pada Google Earth. Seberapa keren hasilnya??? Buktikan sendiri…

  5. Kalo ada yg perlu diuraikan lebih detil lagi, silahkan tanya di comment....

Monday, January 5, 2009

Apakah Kotamu “Great City”?

Perhatikan sekeliling dengan variabel ini, untuk menilai kualitas kotamu.

Oleh Ethan Kent and Kathy Madden

Pada Sebuah Great Cities...

Pengembangan Komunitas menjadi Prioritas Utama dalam Perencanaan Kota

  • Penduduk berpartisipasi dengan baik dalam menciptakan ruang publik dan dalam kepemimpinan lokal, perencanaan dilakukan secara rutin dengan berdasarkan pada pengalaman yang dirasakan penduduk.
  • Penduduk merasa memiliki tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap ruang publik.
  • Lingkungan teratur, berkembang dan memiliki identitas yang unik. Penduduk memiliki rasa bangga terhadap lingkungannya (Pride of Place).
  • Ruang publik direncanakan dan dikelola dengan dan untuk memperkuat budaya komunitas lokal.

Menekankan pada Pemanfaatan Pedestrian, bukan Mobil

  • Pedestrian and Sepeda lebih populer daripada kendaraan bermotor (setidaknya pada beberapa koridor jalan).
  • Jalan berfungsi sebagai “places” dan memiliki sejumlah obyek pembangkit arus lalulintas di sepanjangnya.
  • Pilihan angkutan tersedia untuk menuju ke tempat-tempat kemana orang-orang hendak pergi dan dapat dipergunakan oleh semua orang tanpa kecuali.
  • Parkir kendaraan tidak memenuhi sebagian besar ruang publik, area parkir gratis sulit ditemukan.
  • Terdapat pusat komersial yang walkable dan terhubung ke lingkungan pelayanan kebutuhan sehari-hari (toko penjual bahan makanan, apotek, perpustakaan, pelayanan kesehatan, warung kopi, dll).

Proyek Pembangunan Menguntungkan Penduduk

  • Pembangunan baru dirancang untuk menggabungkan berbagai jenis penggunaan lahan yang mudah dicapai tanpa mempergunakan kendaraan pribadi.
  • Pembangunan lebih memperhatikan human scale dan terhubung dengan tempat-tempat lainnya (bersifat pengembangan internal).
  • Terdapat pembauran berbagai tipe dan layout rumah baru yang dinamis sehingga memungkinkan orang-orang untuk tinggal hingga tua di sana.

Ruang Publik mudah dicapai dan dimanfaatkan dengan baik.

  • Terdapat ruang publik ditengah-tengah lingkungan, baik lingkungan permukiman maupun pusat kota, di mana orang-orang dapat berkumpul dengan santai dan tertib.
  • Fasilitas taman dapat dimanfaatkan oleh semua kelompok umur dan dapat dipergunakan pada waktu yang berbeda-beda.
  • Waterfront tersedia bagi orang-orang untuk menjangkau laut, danau atau sungai.
  • Fasilitas (bangku, halte, dll) tersedia dengan nyaman, di lokasi yang pas dan disesain untuk memudahkan penggunanya.
  • Penggunaan untuk hal-hal negativ tidak mendominasi penggunaan ruang publik.
  • Anak-anak maupun orang dewasa dapat dengan mudah dan aman berjalan kemana mereka ingin pergi (anak-anak pergi ke sekolah, remaja pergi ke bioskop, toko bahan makanan, dll).

Institusi Publik berbaur dengan kehidupan penduduk

  • Sekolah berada pada lokasi yang mendukung ke lokasi aktivitas permukiman.
  • Perpustakaan serbaguna dan menjadi tempat yang populer, orang-orang pergi untuk berbagai jenis tujuan aktivitas yang berbeda.
  • Institusi Publik (musium, rumah sakit, gedung pemerintahan, dll) memiliki sumber daya dan kegiatan yang menarik bagi semua orang dari setiap jenis umur dan budaya di komunitas tersebut.

Pengembangan ekonomi lokal digalakkan

  • Terdapat banyak pasar dan bisnis yang dimiliki warga lokal, toko keluarga, pedagang kaki lima, dan toserba pribadi. Bisnis lokal tersebut didukung oleh pemerintah kota dan dikenal menjadi bagian dari kota tersebut.
  • Bisnis lokal tersebut (setidaknya beberapa darinya) menjadi "third places" –tempat orang-orang bersantai menghabiskan sisa waktu.
  • Bisnis lokal bekerja sama dengan sekolah, seperti pekerjaan paruh waktu.

Ruang Publik dikelola dengan berbagai program secara kontinyu

  • Ruang publik dikelola untuk memaksimalkan interaksi komunitas dan untuk menfasilitasi aktualisasi publik.
  • Ruang publik dikelola, memberikan kesempatan bagi semua generasi untuk berbaur.
Sumber: Project for Public Spaces